![]() |
http://blog.gethope.net/wp-content/uploads/2013/03/The-Danger-of-an-%E2%80%9CIt%E2%80%99s-not-me-It%E2%80%99s-you%E2%80%9D-Attitude.jpg |
Di hari Rabu siang ini, Bandung
yang mendung memanas…walau langit mendung tapi cuaca panas. Sobat sayah
bercerita dengan suara batinnya, tentang kisah sebuah keluarga. Diceritakan,
pasangan ini baru saja menikah di awal bulan. Pernikahan yang sederhana, karena
mereka ingin fokus pada apa yang penting menurut Allah, bukan apa yang penting
menurut budaya. Ya, “sekedar” memenuhi syarat sah nikah di mata Allah bagi
mereka lebih penting dari pembicaraan keluarga, teman, dan masyarakat Indonesia
yang berjumlah 400 juta orang,katanya.
Untung tak dapat
dikontak, Malang terlampau jauh bila dicapai dengan berlari. Belum ganjil waktu mereka menikah, masih kurang dari 1
bulan hitungan kalender Syamsiah, salah satu pihak menggugat cerai. Menunda
resepsi, dan mengutamakan akad nikah, bukanlah penentu dari pernikahan yang tanpa
tantangan. Ilmu adalah kunci pintu yang bertuliskan “Tantangan Hidup”. Tanpa
ilmu, orang akan kebingungan, dan saat konsisten dalam kebingungan juga
ketidaktahuan, harapan membuka tabir kebenaran sedikit-sedikit menjadi pupus.
Pernikahan berujung pada perceraian. Dalam kisah ini, tidak hanya satu alasan dari perceraiannya…ada yang mengatakan perceraian disebabkan karena istri masih
tergantung dengan orang tua sehingga tidak mau ikut kepemimpinan suami, ada
yang mengatakan suami selingkuh, dan mungkin bisa ada 131.120,13 alasan (angka
kece hari ini), lainnya.
Lalu…”siapa yang salah
antara mereka?”. Apakah suami yang salah, karena yang mengajukan cerai adalah
istri?. Ataukah ternyata istri yang salah? karena sang suami jadi bersikap
demikian, karena dipicu oleh sikap istri sebelumnya?.
Hadirin khutbah Rabu yang
sayah hormati. Sayah coba kasih persepsi berdasarkan pengalaman orang laen yang
udah berhasil ngelewatin tantangan rumah tangga ini ya…jadi yang mau sayah
tulis diparagraf selanjutnya bukan pengalaman sayah. Karena saat ini sayah
belum punya anak kandung, apalagi menikah *ya iyalah*.
Saat dianggap ada
kesalahan pada pasangan, yang indikatornya pasangan jadi tidak seperti
biasanya, HENTIKANLAH KEBIASAAN MENYALAHKAN PIHAK LAIN, hentikanlah kebiasaan
mencari-cari kesalahan pihak lain. Saat
terjadi salah paham dalam suatu hubungan. kekhilafan itu disebabkan oleh kedua
belah pihak. Ya, SETIAP PIHAK PUNYA PORSI TANGGUNG JAWAB ATAS KEKHILAFAN YANG
TERJADI. Coba deh intropeksi…setiap ada salah paham dengan seseorang, apa andil
anda disana?.
Kekhilafan, salah paham
ini akan clear, apabila MASING-MASING PIHAK MAU UNTUK BERTINDAK
MEMPERBAIKI DIRI.
R.M.R
No comments:
Post a Comment