Bertahun-tahun yang lalu sayah seringkali heran terhadap
orang-orang yang histeris menjerit-jerit apabila bertemu dengan
idolanya. Bahkan bukan hanya sekedar histeris, banyak pula yang sampai
mengidentifikasi, persis ingin mirip dengan idolanya. Tidak masuk akal bagi
sayah saat itu. “Apa sih istimewanya manusia dibandingkan manusia lain?
Bukankah keistimewaan manusia itu hanya dilihat dari tingkat takwanya, dan
hanya Allah yang mampu menilainya?”. Demikian barangkali reaksi otak kiri sayah
di waktu itu.
Senin sore di kota Bandung, sayah bertemu dengan orang yang sayah
kagumi, Ayah Edy. Beliau adalah salah satu teladan bagi sayah dalam hal belajar
dan mengajar. Sore itulah pertama kalinya saya bertatap muka dan berjabat
tangan dengan beliau. Seketika, tampaknya sayah jadi cukup paham perasaan
orang-orang yang memiliki idola kemudian bertemu dengan idolanya. Reaksi sayah
adalah, salah tingkah. Bahkan istri beliau sempat tidak sayah tengok, karena
fokus sayah kepada ayah. Hadeuh…maaf sekali ayah.
Tidak lama kami bertemu dan berbincang, karena itu adalah moment
dimana ayah akan mengajak keluarganya berlibur ke Lembang. Luar biasa
perjuangan Ayah Edy, di sela-sela kesibukannya, beliau tetap
menyempatkan diri mengajak istri dan anak-anak yang disayanginya untuk
berlibur. Semangat perjuangan yang perlu diteladani, semangat perjuangan
yang perlu kita tularkan, karena Ayah Edy bukanlah seorang Clark Kent yang
memiliki 40% kemampuan super untuk mengatasi berbagai tantangan.
Ayo kita bantu
Ayah Edy untuk menularkan virus kebenaran. Kebenaran dalam bidang pendidikan.
Kebenaran teknik mendidik yang berbeda bagi setiap manusia, sebagaimana pesan dari Tuhan kepada setiap hamba-Nya.
Let’s Make Indonesian Strong From Home.
R.M.R
No comments:
Post a Comment