Monday, August 12, 2013

Tugas Kita Belum Usai

http://media.salemwebnetwork.com/worshiphousemedia/resource/images/main/s/mm/img/sea/itsnotoverwhenitsover.jpg


Hari itu, 11 Agustus 2013 di siang hari. Iza mengirimkan pesan singkat kepada saya, bahwa Farhan, sepupu saya yang sedang sakit, ingin menemui saya. Keinginannya baru bisa saya penuhi di malam harinya, sekitar jam setengah 8 malam.

Malam itu badan Farhan menggigil. Selimut tebat tidak berpengaruh banyak, karena memang hawa dingin yang dirasakan Farhan banyak berasal dari dalam badan, bukan karena cuaca Bandung yang memang sedang relatif dingin, saat itu.

Farhan minta saya untuk menerapinya, minta saya untuk menyalurkan energi tubuh saya ke badannya, agar lebih hangat. Namun tidak  bisa lama, karena badan Farhan saat itu sudah sangat sensitif. Energi terapi dirasakannya sakit apabila terlalu lama.

Malam itu Farhan (F) bertanya kepada Bundanya (B) . Mungkin tidak persis sama, tapi kurang lebih begini percakapannya…

F        :  “Bun, teh Fammi nginep?”.
B       : ”Iya, kan nemenin Bunda jaga Farhan”.

F        : ”Kalo a Rommy?”…
B       : “A Rommy pulang..”
F        :  “Aaah…”.

Farhan keberatan kalau saya meninggalkan Rumah Sakit Hasan Sadikin (R.S.H.S), malam itu. Akhirnya saya menginap di R.S.H.S. Bukan masalah, karena memang saya bertekad memberikan yang terbaik yang bisa saya berikan untuk membantu Farhan.

Rasa sakit dan dingin, bergantian, bahkan bersamaan, dirasakan oleh Farhan. Sampai akhirnya perawat memberi morfin (lagi) untuk Farhan, agar Farhan dapat istirahat dengan baik, karena keesokan harinya, Farhan  rencannya akan “disinar”.
Farhan menanyakan pertanyaan yang membuat saya berpikir sejenak malam itu. Kurang lebih seperti ini percakapannya…

F        : “A, ini gimana cara ngilangin sakitnya?”
R       : “…”
R       : “…”
R       : “Coba berusaha ikhlasin ‘an. Rasa sakitnya jangan dilawan, tapi “dinikmati”, dan rasakan saja”
F        : “Tapi sakit banget a…”
R       : “Iya…soalnya kan semua cara udah berusaha kita semua lakuin”.
Jawab saya sambil tersenyum.
F        : “…”

Malam itu posisi saya banyak stand –by di kursi, depan ranjang Farhan. Saya perhatikan Farhan mulai bisa tidur dari sekitar jam setengah 1 dini hari. Sampai sekitar setengah 4, saya perhatikan lagi, kondisi Farhan masih tidur. Nafasnya yang sesak, membuat bahunya menjadi terangkat saat bernafas. Itu kondisi terakhir saya meninggalkannya.

Saya membangunkan Fammi, pamitan untuk pulang. Tidak tega rasanya membangunan Bunda yang sedang istirahat di kursi samping ranjang Farhan, karena saya bisa cukup merasakan lelahnya fisik dan psikis Bunda. Bunda butuh istirahat, pikir saya.

Meninggalkan ruangan, saya makan dulu di depan R.S.H.S, dan sampai ke rumah, sekitar jam setengah 5. Sampai sana ada beberapa miscall dari Bunda, dan saat saya telepon balik, nadanya sibuk. Saya kirim pesan singkat, dan Bunda kembali menelepon. Sambil menangis Bunda bilang…”Farhan udah ga ada Rom…”

Sesegera mungkin saya dan cice berangkat ke R.S.H.S. Sampai disana, Bunda mempertanyakan, apakah saat saya meninggalkan ruangan, Farhan masih ada. Dengan tegas saya mengiyakan, karena saya yakin dengan apa yang saya lihat. Waktu meninggalnya Farhan diperkirakan pukul setengah 4 sampai setengah 5 subuh. Saat Bunda bangun sekitar setengah 5, Farhan sudah dalam keadaan meninggal.

Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada Allah lah kami akan kembali.

Subuh, 12 Agustus 2013, tugas Farhan sebagai hamba-Nya di dimensi cobaan ini telah usai. TAPI TUGAS KITA BELUM USAI. Selama nyawa masih di raga, dan nafas masih berhembus. Perjuangan kita untuk konsisten di jalan-Nya tidak boleh kalah gigih dari perjuangan Farhan melawan penyakitnya.
  
R.M.R

No comments:

Post a Comment