![]() |
http://media.salemwebnetwork.com/worshiphousemedia/resource/images/main/s/mm/img/sea/itsnotoverwhenitsover.jpg |
Hari itu, 11 Agustus
2013 di siang hari. Iza mengirimkan pesan singkat kepada saya, bahwa Farhan,
sepupu saya yang sedang sakit, ingin menemui saya. Keinginannya baru bisa saya
penuhi di malam harinya, sekitar jam setengah 8 malam.
Malam itu badan Farhan
menggigil. Selimut tebat tidak berpengaruh banyak, karena memang hawa dingin
yang dirasakan Farhan banyak berasal dari dalam badan, bukan karena cuaca
Bandung yang memang sedang relatif dingin, saat itu.
Farhan minta saya untuk
menerapinya, minta saya untuk menyalurkan energi tubuh saya ke badannya, agar
lebih hangat. Namun tidak bisa lama,
karena badan Farhan saat itu sudah sangat sensitif. Energi terapi dirasakannya
sakit apabila terlalu lama.
Malam itu Farhan (F) bertanya
kepada Bundanya (B) . Mungkin tidak persis sama, tapi kurang lebih begini
percakapannya…
F : “Bun, teh Fammi
nginep?”.
B : ”Iya, kan nemenin Bunda jaga Farhan”.
B : ”Iya, kan nemenin Bunda jaga Farhan”.
F : ”Kalo a Rommy?”…
B : “A Rommy pulang..”
F : “Aaah…”.
Farhan keberatan kalau
saya meninggalkan Rumah Sakit Hasan Sadikin (R.S.H.S), malam itu. Akhirnya saya
menginap di R.S.H.S. Bukan masalah, karena memang saya bertekad memberikan yang
terbaik yang bisa saya berikan untuk membantu Farhan.
Rasa sakit dan dingin,
bergantian, bahkan bersamaan, dirasakan oleh Farhan. Sampai akhirnya perawat memberi
morfin (lagi) untuk Farhan, agar Farhan dapat istirahat dengan baik, karena keesokan
harinya, Farhan rencannya akan “disinar”.
Farhan menanyakan
pertanyaan yang membuat saya berpikir sejenak malam itu. Kurang lebih seperti
ini percakapannya…
F : “A, ini gimana cara ngilangin sakitnya?”
R : “…”
R : “…”
R : “Coba
berusaha ikhlasin ‘an. Rasa sakitnya jangan dilawan, tapi “dinikmati”, dan rasakan
saja”
F : “Tapi sakit banget a…”
R : “Iya…soalnya kan semua cara udah berusaha kita semua lakuin”.
Jawab saya sambil
tersenyum.
F : “…”
Malam itu posisi saya
banyak stand –by di kursi, depan ranjang Farhan. Saya perhatikan Farhan
mulai bisa tidur dari sekitar jam setengah 1 dini hari. Sampai sekitar setengah
4, saya perhatikan lagi, kondisi Farhan masih tidur. Nafasnya yang sesak,
membuat bahunya menjadi terangkat saat bernafas. Itu kondisi terakhir saya
meninggalkannya.
Saya membangunkan Fammi,
pamitan untuk pulang. Tidak tega rasanya membangunan Bunda yang sedang
istirahat di kursi samping ranjang Farhan, karena saya bisa cukup merasakan
lelahnya fisik dan psikis Bunda. Bunda butuh istirahat, pikir saya.
Meninggalkan ruangan,
saya makan dulu di depan R.S.H.S, dan sampai ke rumah, sekitar jam setengah 5.
Sampai sana ada beberapa miscall dari Bunda, dan saat saya telepon
balik, nadanya sibuk. Saya kirim pesan singkat, dan Bunda kembali menelepon.
Sambil menangis Bunda bilang…”Farhan udah ga ada Rom…”
Sesegera mungkin saya
dan cice berangkat ke R.S.H.S. Sampai disana, Bunda mempertanyakan, apakah saat
saya meninggalkan ruangan, Farhan masih ada. Dengan tegas saya mengiyakan,
karena saya yakin dengan apa yang saya lihat. Waktu meninggalnya Farhan
diperkirakan pukul setengah 4 sampai setengah 5 subuh. Saat Bunda bangun
sekitar setengah 5, Farhan sudah dalam keadaan meninggal.
Sesungguhnya kami adalah
milik Allah, dan kepada Allah lah kami akan kembali.
Subuh, 12 Agustus 2013,
tugas Farhan sebagai hamba-Nya di dimensi cobaan ini telah usai. TAPI TUGAS
KITA BELUM USAI. Selama nyawa masih di raga, dan nafas masih berhembus. Perjuangan
kita untuk konsisten di jalan-Nya tidak boleh kalah gigih dari perjuangan
Farhan melawan penyakitnya.
R.M.R
No comments:
Post a Comment