![]() |
http://1.bp.blogspot.com/-yDRIg18jePU/UDXX7C4IwMI/AAAAAAAAAR0/M4AixHdGR4s/s1600/langkah-imil.jpg |
Di awal perkuliahan semester ini, sayah memberi pertanyaan kepada
mahasiswa/mahasiswi sayah. Pertanyaannya sama pada semua kelas yang sayah
didik.
“Selepas anda lulus, anda ingin berprofesi sebagai apa?”.
Setelah menjawab pertanyaan ini, misal saja ingin menjadi
akuntan. Mahasiswa/i itu sayah minta untuk membuat kontrak hukum dengan tema
akuntan. Menariknya kontrak yang mereka buat itu boleh dibilang kebanyakan belepotan.
Bagaimana belepotannya? Bagian kontrak yang
seharusnya membahas detail sisi hak dan
kewajiban seorang akuntan, tidak mereka gali. Padahal apabila memang benar
keinginannya menjadi akuntan, berarti sebelumnya ia telah paham tentang apa itu
profesi akuntan? bagaimana proses menjadi akuntan?, dan apa tugas akuntan?.
Karena sudah tau tentang hal tersebut, dan melihat “manfaat” untuk menjadi
akuntan, maka ia ingin menjadi akuntan. Ya, setidaknya begitu logika yang sayah
pahami. Orang tau bahkan paham terlebih
dahulu tentang suatu hal, baru menentukan pilihan.
Melihat kenyataan yang bertentangan, bahwa yang mayoritas
mereka pilih, tidak mereka pahami. Sayah punya kesimpulan sementara, bahwa mereka
belum yakin dengan pilihan profesi yang ingin mereka gapai…mungkin apakah karena pilihan itu sekedar pilihan ikut-ikutan
teman?. Profesi pilihan orang tua atau keluarga?. Entahlah. Yang pasti, itu tanda masih kurangnya ilmu untuk mampu
memilih.
Segerakan cukupkan ilmu, dan mantapkan arah tujuan hidup.
R.M.R
No comments:
Post a Comment