Monday, October 22, 2012

Ada Saatnya Untuk Fokus Pada Kualitas Diri

http://wanitawirausaha.femina.co.id/WebForm/getImageContent.aspx?EC=32&MC=001&SMC=001&AR=26&T=P

Berawal dari senang mengajar, membawa sayah bertemu banyak komunitas. Salah satunya komunitas yang terdiri dari generasi yang usianya lebih muda dari sayah. Ada satu kisah yang dishare kepada sayah belum lama ini dari anggota komunitas tersebut, dan tampaknya perlu sayah share.

Tidak sedikit perempuan yang terlampau terbawa perasaan, bahkan sering menangis mungkin. Dan manariknya (tuk sayah), laki-laki yang “ditangisinya” itu bukan siapa-siapanya, belum menjadi siapa-siapanya. Suami bukan, calon suami pun belum.

Untuk perempuan yang membaca tulisan sayah mungkin merespon secara spontan, “urusan gue, hidup-hidup gue :-p”. Ya, monggo aja sih kalo punya pemikiran gitu, atau lainnya. Sumbang saran sajah, ga perlu menangisi orang yang belum jelas jadi imam hidup anda Lebih baik energinya dipake tuk ningkatin kualitas diri (bahkan mungkin kelak anda akan berpikir, menangisi berlarut-larut imam hidup anda pun, perlukah?).

Saat kualitas anda berbeda secara jelas dari perempuan-perempuan lain, itu adalah saat dimana anda tinggal memilih dari pria-pria yang hendak melamar anda menjadi istrinya. Atau saat anda sudah punya kualitas, itu membuat anda lebih percaya diri saat dekat dengan pria yang sedang anda dekati :-D
 
RMR

Thursday, August 16, 2012

Komitmen

http://sepocikopi.com/wp-content/uploads/2011/04/komitmen.jpg  
 
Pelajaran kehidupan kali ini menyimak obrolan seorang laki-laki dan perempuan. Menarik…tampak kurang lebih seperti sinetron^^a 

Tapi ada benernya juga deh…toh hidup di dimensi ini sebuah “panggung sandiwara”, dimana tiap orang memiliki peranan masing-masing, dengan potensi hidup yang berbeda-beda. Peranan yang diberikan Sang Maha Tunggal, agar masing-masing menjadi manfaat bagi yang lain, saling membantu.

Adegan sinetron ini dimulai dari pertanyaan laki-laki, “maaf dik, apa adik sudah memiliki komitmen hubungan dengan seseorang?”, pertanyaan tiba-tiba yang mungkin buat perempuan itu kaget, dan spontan menjawab “engga”. Dan membalas dengan pertanyaan lanjutan, “memang kenapa tiba-tiba bertanya gitu?”. Nah jawaban ini yang buat percakapan tersebut sayah angkat kesini.

Jawab laki-laki…

“Kalau adik sudah memiliki komitmen hubungan dengan laki-laki lain, maka aku akan menghormati komitmen tersebut. Dan tidak akan dekat dengan adik lagi, dengan cara yang sama seperti sekarang”.

Dari kejadian itu ada peristiwa berharga yang  penting untuk disimak, bagaimana sebuah komitmen ditepati oleh masing-masing pembuat komitmen, dan berefek dapat juga dihormatinya komitmen tersebut oleh pihak lain.

RMR
 
 
 
______________________________________________________________________________________
 
INFO SEMINAR :
 
Semua pasangan yang telah atau mau memiliki anak,mengharapkan kelak anaknya mendapatkan yang terbaik. Namun ironisnya, cara mengetahui potensi terbaik anak, para orang tua / calon orang tua belum tahu ilmunya.:]Y

BIMBEL SEGILIMA bersama Ayah Edy mempersembahkan :

"Seminar Mengenali dan Membangun Potensi Anak agar Maksimal dan Menjadi Manfaat"

C.P :
085794866768
089651053161
21D9221D

Wednesday, July 25, 2012

Konsistensi




Pelajaran kehidupan membawa ke memori beberapa tahun silam. Memori pertama yang muncul ialah memori saat masa kelas 1 SMP, sayah (penulisan “sayah”, jangan diprotes, sengaja pake “h” :p) punya guru privat. Dalam suatu kesempatan beliau berkisah kepada kami, tentang yang kalau sayah tidak salah, adalah teman perempuannya. Jadi ceritanya...muslimah itu sedang dalam perjuangan mencari pekerjaan. Setelah menjalani rangkaian tes di suatu perusahaan…muslimah tersebut sampailah pada tahap interview. Pada tahap klimaks interview…muslimah ditawarkan kesepakatan. Muslimah akan diterima di perusahaan tersebut dengan syarat mesti melepaskan jilbabnya saat ia bekerja. Dari apa yang dikisahkan guru sayah…sayah menangkap bahwa pihak perusahaan tampaknya berusaha menjadikan muslimah itu menjadi karyawannya, karena prestasi yang dimilikinya. Namun dengan persyaratan. Apa jawaban muslimah?

“Maaf pak…daripada saya diminta melepaskan jilbab saya demi bekerja di perusahaan bapak, lebih baik bapak melepas kepala saya dari badan, dengan jilbab yang menutupinya”.

Jawaban yang keras memang. Anda yang membaca, tidak perlu persis sama mengikuti kalimatnya. Apabila anda sepikiran dengan muslimah, bicaralah dengan cara dan gaya anda sendiri.
Memori kedua yang muncul ialah saat sayah kuliah. Saya melihat pas foto untuk berkas wisuda teman sayah, disana ia tidak menggunakan jilbab. Maka saya bertanya, kenapa di pas foto itu tidak menggunakan jilbab. Alesan beliau ialah, karena banyak perusahaan yang tidak memperkerjakan perempuan yang menggunakan jilbab.  Dan memang tampaknya…selepas lulus, ia melepaskan jilbabnya. Untuk konsistensi apabila ia dipanggil untuk bekerja di perusahaan yang tidak menerima perempuan berjilbab.

24 Juli 2012, sayah mengetahui…ada  teman sayah yang tidak menerima tawaran untuk bekerja, karena ia diminta menanggalkan jilbabnya saat berkerja. Muslimah dimana pun berada…semoga bisa konsisten berjilbab. Dimana jilbab tidak sama dengan selembar kain yang menutupi kepala. Jilbab adalah menjaga aurat kita agar benar tertutup.Konsistensi sebagai tanda ketaqwaan kepada-Nya. 


RMR

Tuesday, July 3, 2012

Nisfu Sya'ban

 
 
Beberapa poin yang sayah dapet tentang Nisfu Sya'ban :
 
1. Kata Om Wiki sih, Nisfu (bahasa Arab) yang berarti separuh atau pertengahan, dan Sya'ban adalah nama bulan ke-8 dalam kalender Islam. Dengan demikian nisfu sya'ban berarti pertengahan bulan Sya'ban.
 
2. "Tidak kelihatan oleh saya Rasulullah S.A.W  melakukan shaum dalam waktu sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan, dan tidak satu bulan pun yang SEHARI-HARINYA lebih banyak diisi dengan shaum  oleh Nabi S.A.W, daripada bulan Sya'ban." (H.R. Bukhari Muslim)
3.  Apakah benar ada tutup buku amalan manusia setahun sekali?

4. Apakah tugas malaikat mendoakan yang tidak baik?

5. Apakah dengan semudah mengirimkan forward mssge menjadikan kita haram terkena api neraka?

6. Apakah fokus beribadah itu, (misal) saling bermaafan pada satu hari saja?
 
 
Segitu dulu aja yang kepikiran ma sayah, kaitan dengan judul tulisan ini, dan kalo sayah inget Q.S. 17 :36


RMR
 

Tuesday, May 15, 2012

Siap Dalam Kejujuran

http://xmixer.blogdetik.com/files/2011/04/honest_2000_685x385-1.jpg

Rasulullah adalah teladan bagi semua pemimpin, termaktub julukan yang diberikan kepadanya, "Al-Amin", yang dapat dipercaya. Kepercayaan adalah sikap yang berkaitan erat dengan kejujuran. Saat orang telah punya "cap" jujur, maka ia akan menjadi orang terpercaya. Prove it, and u'll believe me.

Kalau kita berkaca dari kalimat diatas, kalau kita mau dipercaya,maka syarat sahnya kita harus mampu jadi orang jujur dulu untuk dapat dipercaya. Tapi ternyata, uniknya, sikap jujur yang konon diharapkan oleh banyak orang pun, belum tentu dapat diterima kenyataannya oleh setiap individu. Masih banyak orang yang lebih senang dibohongi, dari pada menerima kenyataan.

Lantas bagaimana pilihan Anda?

Kalau saya, akan ikhtiar konsisten jujur.
Kalau Anda sependapat dengan saya, jadilah teladan terlebih dahulu untuk jujur, dan siap menerima kejujuran. Saat ada yang jujur kepada Anda, Anda harus siap mendengar,dan sabar membimbingnya. Bukan malah memarahinya, memasang tampang sangar, dan memvonis kesalahannya.

Untuk pengingat, saat Anda memutuskan untuk mengawali dengan kebohongan, Anda akan menutupi kebohongan, dengan kebohongan lainnya. Dan yakinlah, semua tipu daya itu akan terbongkar.

Ada juga riwayat pengecualian untuk berbohong...

Dari Ummu Kultsum RA ia berkata:”Saya tidak pernah mendengar Rasulullah SAW memberi kelonggaran berdusta kecuali dalam tiga hal: [1] Orang yang berbicara dengan maksud hendak mendamaikan, [2] orang yang berbicara bohong dalam peperangan dan [3] suami yang berbicara dengan istrinya serta istri yang berbicara dengan suaminya (mengharapkan kebaikan dan keselamatan atau keharmonisan rumah tangga)”. (HR. Muslim)

Selain dari pengecualian itu, pilihan Anda untuk ikhtiar dalam dunia kejujuran atau dunia penuh tipu daya.

RMR

Tuesday, March 20, 2012

Seni Tertinggi Bagi Saya

http://2.bp.blogspot.com/_8ZWDYpnicGQ/TOOAYYBpXxI/AAAAAAAAAB0/sowENKrV5eA/s1600/student-ministry.jpg

Untuk yang pernah mengenyam pendidikan formal secara berjenjang, akan ingat banyaknya pelajaran-pelajaran dari berbagai disiplin ilmu yang diberikan kepada kita, dengan harapan (mungkin) agar yang diberi ilmu menjadi ahli dalam berbagai bidang, ahli dalam pelajaran-pelajaran yang telah diberikan. Tapi tampaknya ada yang dilupakan oleh yang memberi materi, bahwa manusia punya kecederungan sifat untuk mengingat dan memahami apa yang sedang dibutuhkan. Jadi kalau saat itu yang diajari tidak merasa ada kebutuhan untuk memahami ilmu yang sedang diajarkan, ya sangat mungkin ilmu yang diajari itu hanya akan selintas lewat saja, tidak akan benar-benar dapat penghayatannya.

Berbagai disiplin ilmu bisa digolongan berdasarkan obyek yang ditelitinya.  Salah satu disiplin ilmu, ada yang mempelajari mengenai manusia, dan disiplin ilmu ini yang saya pilih untuk diperdalam. Ada keasyikan tersendiri bagi saya saat memanage manusia, walau kata ayah Edy, memanage manusia adalah disiplin ilmu yang tersulit dibandingkan ilmu-ilmu lain. Karena tiap manusia itu berbeda, tidak ada yang sama satu dengan yang lainnya, bahkan kembar sekali pun. Diantara banyaknya kemauan manusia yang berbeda-beda itu, seorang pemimpin harus berusaha mampu menengahinya.

Memang akan banyak pro dan kontra saat seorang pemimpin mengambil keputusan. Tapi bagi saya, itulah seninya, seni memanage manusia itu begitu indah di mata saya dengan berbagai keunikannya. Ada saatnya teman-teman yang saya pimpin tidak menyukai tindakan yang saya ambil, ada saatnya grup di luar grup yang saya pimpin antipati terhadap kami. Tapi hal-hal seperti itu tidak menyurutkan saya untuk tetep berusaha semangat menjadi pemimpin terbaik yang memiliki nilai seni terbaik dalam memanage manusia.  Kesalahan yang disadari dalam mengambil keputusan yang diketahui kelak, menjadi pelajaran kehidupan. Bismillah, Insya Allah semua saya lakukan dengan nama Allah, untuk memaksimalkan potensi yang saya rasa telah diberikan oleh-Nya kepada saya. Aamiin.

RMR